Bacharuddin Jusuf
Habibie atau yang lebih dikenal dengan BJ Habibie adalah mantan presiden
Republik Indonesia setelah Soeharto. Beliau lahir pada tanggal 25 Juni 1936 di
Parepare, Sulawesi Selatan. Beliau menikah dengan Hasri Ainun dan dikaruniai
dua orang anak laki-laki, yaitu Ilham Akbar dan Thareq Kemal.
Kekaguman saya pada
sosok Habibie muncul ketika saya menonton film “Habibie & Ainun” yang
diambil dari buku terlaris karya beliau. Sebelumnya saya hanya sekadar mengetahui
bahwa BJ Habibie adalah mantan presiden RI dan beliau pernah mendapat beasiswa
untuk melanjutkan kuliahnya di Jerman mengambil jurusan Teknik Penerbangan
dengan spesialisasi Konstruksi Pesawat Terbang.
BJ Habibie adalah orang
yang sangat cerdas. Meskipun awalnya sering diremehkan oleh orang-orang Jerman
karena beliau berasal dari Indonesia, tetapi beliau tidak peduli dengan apa
yang orang-orang pikirkan tentang beliau. Dengan kecerdasannya, beliau mampu
membuktikan bahwa beliau tidak seperti yang mereka pikirkan. Akhirnya, banyak
orang Jerman yang ingin mempekerjakan beliau, tetapi beliau selalu memilih
untuk kembali dan mengabdikan dirinya kepada Indonesia.
Beliau pernah berbicara
kepada Soeharto yang ketika itu menjabat sebagai presiden RI, bahwa beliau
membutuhkan uang 500 juta dolar untuk membuat pesawat N250 menjadi pesawat yang
paling hebat agar Indonesia tidak perlu bergantung kepada negara manapun.
Tetapi, presiden Soeharto malah memutuskan agar IPTN ditutup.
Sekarang, para karyawan
IPTN bertebaran di berbagai negara. Mereka harus mengais rejeki di negeri
orang, dan parahnya Indonesia yang membeli pesawat negara-negara tersebut.
Padahal beliau ingin membuktikan bahwa Indonesia juga mampu membuat pesawat
terbang, tidak kepada orang Indonesia saja yang selalu meremehkan bangsanya
sendiri, tetapi juga kepada negara lain.
Selain itu, ketika
menjabat sebagai presiden RI, beliau selalu memikirkan bangsa Indonesia, bahkan
beliau hanya tidur dua jam setiap hari karena beliau terus menerus memikirkan
bangsa Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar