Sabtu, 27 Desember 2014

Keraton Surosowan Banten

Keraton Surosowan adalah tempat kediaman sultan Banten. Keraton ini dikelilingi oleh tembok perbentengan setinggi 2 meter yang luasnya sekitar 4 hektar. Keadaan keraton ini sekarang sudah hancur, yang masih nampak hanya sisa bangunannya saja yang berupa pondasi-pondasi serta tembok-tembok yang sudah rusak.
Keraton Surosowan ini dibangun pada tahun 1552 oleh raja Banten pertama, yaitu Maulana Hasanuddin (1526-1570). Sedangkan tembok benteng yang disusun dari batu bata dan batu karang dibangun oleh raja Banten kedua, yaitu Maulana Yusuf (1570-1580). Pada masa pemerintahan Sultan Haji (1672-1687), benteng tersebut kemudian dirubah bentuknya dan ditambah dengan tembok batu karang di bagian luarnya oleh seorang arsitek Belanda yang memeluk Islam dan diberi gelar Pangeran Wirguna, Hendrik Lucasz Cardeel, sehingga benteng tersebut nampak lebih kuat dan kekar.
Keraton Surosowan ini telah mengalami penghancuran berkali-kali. Kehancuran total yang pertama kali terjadi pada tahun 1680, yaitu ketika perang saudara antara Sultan Ageng Tirtayasa dengan pihak VOC yang dibantu oleh putra mahkota Sultan Haji. Akibat perang ini, Keraton Surosowan dihancurkan oleh Sultan Ageng Tirtayasa.
Setelah Sultan Haji dinobatkan menjadi raja Banten menggantikan ayahnya, ia meminta bantuan Hendrik Lucasz Cardeel, untuk membangun kembali keraton tersebut. Cardeel meratakan dan kemudian membangunnya kembali di atas puing-puing reruntuhan keraton.
Kehancuran keduakalinya dan merupakan yang terparah terjadi pada tahun 1813, yaitu ketika Gubernur Jendral Belanda, Herman Daendels, memerintahkan penghancuran keraton tersebut karena Sultan Banten yang terakhir, Sultan Rafiuddin, tidak mau tunduk kepada Belanda. Akibat penghancuran ini, bangunan keraton tersebut tidak tersisa sedikitpun. Kemudian keraton tersebut ditinggalkan oleh para penghuninya.
Keraton Surusowan memiliki tiga pintu gerbang yang terletak di sisi timur, utara, dan selatan. Tetapi, pintu gerbang yang terletak di sisi selatan telah ditutup dengan tembok dan belum diketahui sebabnya.
Pada bagian tengah keraton tersebut terdapat sebuah kolam bekas “pemandian sultan” dan beberapa kolam lainnya yang dinamai rara denok dan pancuran mas, yang airnya dialirkan dari Tasikardi, danau buatan yang terdapat di sebelah selatan Keraton Surosowan, yang sekarang berisi air berwarna hijau, dan sudah dipenuhi ganggang dan lumut.



Referensi:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar